Kamis, 27 November 2014

Syarat Sukses Menulis (2)

Ada enam syarat kesuksesan penulis. Sebelumnya telah dijelaskan dua syarat kesuksesan penulis, yaitu, tsabat dan sabar. Apakah makna syarat yang lainnya?
Syarat berikutnya adalah taat kepada Allah dan RasulNya
Sejak zaman dahulu kala, baik orang Jawa, China, Barat dan orang manapun dari belahan dunia mengenal prinsip “Untung. Hoki. Lucky”. Ada banyak orang kaya, cerdas di dunia ini. Jadi kaya dengan bekerja, Jadi cerdas dengan belajar. Jadi untung dengan…?
Hoki atau keberuntungan seseorang itu sesuatu yang gaib. Sesuatu yang mirip tulisan saya yang sebelumnya “Rezeki 600 juta dan 62 M”. Kadang tidak bisa ditafsirkan. Lho, penulis itu karyanya biasa-biasanya saja, baru juga 5 buku keluar, kok sudah difilmkan? Kok sudah bisa beli mobil dan rumah? Sementara karya saya sudah 30 lebih masih begini-begini saja.
Tak ada yang bisa diutak-atik manusia jika terkait hoki. Tetapi, setidaknya kita bisa berusaha mendekat ke arah keberuntungan dengan mencoba taat pada Allah dan Rasulnya. Taat pada yang wajib, itu terutama dan pasti. Sholat 5 waktu, puasa Ramadhan, menjauhi yang dilarang, dan seterusnya. Menambah dengan amalan-amalan sunnah seperti dhuha dan tahajud. Ada banyak kisah pengusaha yang sukses dengan amalan rutin dhuha, salah satunya Sandiago Uno. Ada seorang pemimpin yang sukses setelah mencanangkan gerakan dhuha dan sholat malam bagi diri dan anak buahnya.
Kita, tak tahu dimana kunci hoki itu berada. Tapi saya ingat sekali dengan perkataan Aa Gym.
“Kalau kita minta sesuatu sama Allah, dan tidak dikasih, emang itu karena Allah miskin? Allah itu Maha Kaya. Kalau tangan-Nya masih tertahan di langit, coba cari terus apa yang kira-kira menahan rizqi.”
Terus coba taat pada Allah dan RasulNya, dan kita tidak tahu di tanggal berapa bulan apa tahun keberapa hoki itu menjadi milik kita.
Berikutnya adalah tak berbantah
Saya sudah pernah mengalami kegagalan ini. Ketika berdiskusi dengan teman-teman editor dan saya meminta program promosi. Saya ngotot membuat buletin-buletin mini dan stiker-stiker untuk cover buku. Meski sebagian besar menggunakan kas sendiri, saya merasa yakin, promosi ini pasti berjalan. Masa sih nggak bisa mendongkrak penjualan? Padahal bagian promosi sudah menasehati, “Mbak, sekarang promosi dengan memasang iklan yang mahal di koran atau majalah, enggak efektif lagi. Yang efektif dan murah adalah lewat medsos dan komunitas-komunitas.”
Apa yang dikatakan teman editor, teman bagian promosi, benar adanya. Ternyata, keberhasilan sebagai penulis jangan dianggap bahwa kita pun mampu menghandle semua. Ada orang-orang yang punya pengalaman lebih dan harus didengarkan, bukan dibantah sesuai kehendak kita sendiri.
Lalu yang tak kalah pentingnya adalah Sabar
Menjadi penulis yang tsabat dan teguh berarti harus sabar membaca untuk meningkatkan kapasitas diri, sabar menulis dengan tema-tema dan tingkat kesulitan yang lebih tinggi, sabar untuk menelaah karya sendiri dan merenungkan kritik orang atas tulisan-tulisan kita. Allah sungguh beserta orang yang sabar.
Sebagai seorang penulis, kita semua mungkin sudah pernah mencicipi apa makna sabar. Sabar membuat outline. Sabar membuat sub-bab. Sabar mencari referensi. Sabar menulis kata demi kata, kalimat demi kalimat. Sabar mengedit. Sabar mencari endorser. Sabar mencari penerbit. Sabar dengan editor. Sabar dengan bagian pemasaran. Sabar menunggu waiting list. Sabar ketika ditolak. Sabar ketika karya terbit dan tak sesuai harapan. Sabar ketika royalti kecil. Sabar ketika buku write off. Sabar ketika kita memutuskan kembali untuk menulis buku baru.
Andai seorang penulis dengan 1 buku kaya raya bisa membeli 10 mobil, 10 rumah, 10 apartemen, royalti 10 turunan tak habis. Secara teori hierarki Maslow, ia sudah tak membutuhkan apa-apa lagi. Tak butuh peningkatan kapasitas diri. Tak butuh belajar. Tak butuh menulis lagi. Lalu tak ada penulis yang mau menulis buku ke-9, 10 sebab ia sudah sangat kaya hanya dengan 1 buku!
Miskinlah ilmu pengetahuan sejak saat itu. Justru, kesabaran sebagai penulis dengan buku-buku write off memacu kita untuk menulis, belajar, menulis, belajar, menulis, belajar dan seterusnya. Lalu, ummat ini pun dihiasi oleh pemikiran-pemikiran beragam yang keluar pada produk-produk tulisan mulai tulisan ulama, pemimpin, negarawan, sastrawan, pendidik, terapis dlsb.
Lalu yang terakhir adalah tidak riya’ dan sombong
Jika  memiliki otak idiot, debil, imbisil dengan point IQ 30 -50, maka kita tidak akan bisa berpikir abstrak dan menemukan kata-kata. Alhamdulillah, Allah berikan pada penulis IQ setidaknya 100 point. Jika kita CP atau cerebral palsy, autis, atau sekian banyak disorder dan tak bisa focus, tak mampu konsentrasi, tak bisa menggerakkan jemari; maka tak akan bisa mengetik atau menulis.
Alhamdulillah, Allah berikan kesehatan pada 100 milyar sel saraf berikut normalnya neuro transmitter sehingga otak kita tidak salah mengartikan sensasi dan persepsi. Kita mampu membuat kalimat-kalimat yang dimengerti orang lain, mampu membuat kisah yang dapat dibaca orang dan memberikan makna. Bayangkan dengan orang schizofren yang dihantui halusinasi dan delusi, ia dapat merasakan musuh-musuh dalam ceritanya berlompatan keluar. Kita, mampu menyelesaikan sebuah cerita utuh sebanyak 200 halaman sejak daftar isi hingga daftar pustaka.
Tidak ada alasan untuk menjadi riya dan sombong.
Semua kita niatkan untuk-Nya. Meski, sebagai manusia normal selentingan rasa itu tentulah ada. Ah, aku sudah jadi penulis yang lumayan nih, barusan menang lomba dan dipuji-puji dewan juri. Merasa tersanjung boleh, tapi jangan lupakan nama Allah di saat kita menerima kenikmatan. Riya dan sombong, seperti semut hitam di atas batu hitam, dalam kegelapan malam. Nyaris tak tampak. Maka dzikir semoga bisa menjadi pembersih bagi kotoran hati.
Nah, siap ya jadi penulis yang sukses, insyaAllah di dunia dan akhirat!
Sumber : www.flp.or.id

Jumat, 21 November 2014

Syarat Sukses Menulis (1)

Gagal menulis? Ditolak berkali-kali? Buku jeblok di pasaran? Bosan jadi penulis? Mungkin sedikit nasehat ini dapat membantu. Awalnya, hanya mendengar penjelasan dari QS 8: 45-47. Tapi sungguh, Al Quran itu memang obat yang makjleb di hati. Sungguh langsung mengena pada diri seorang penulis seperti saya yang kadang dihantui rasa lelah. InsyaAllah, tidak ingin meninggalkan dunia kepenulisan (karena saya cinta dan merasa menulis adalah katarsis). Tapi, salah satu kekalahan kita adalah semakin malas dan jauh dari target-target menulis.
Apa sih sebetulnya isi QS 8 : 45 -47? Sebetulnya surat ini banyak berisi penjelasan peperangan di zaman Rasulullah. Kalau begitu, apa relevansinya dengan zaman sekarang? Kita sudah tidak punya musuh Belanda, Portugis, Jepang lagi. Coba deh, baca lagi dan akan semakin faham bahwa “musuh” itu bisa bertransformasi menjadi makhluk yang banyak sekali ragamnya.
Dari QS 8 : 45, kita bisa lihat bahwa syarat sukses yang pertama adalah tsabat/teguh, maksudnya ayat ini adalah tidak lari ke belakang ketika bertemu musuh, juga istiqomah. Dengan kata lain adalah tetap di tempat meski bertemu musuh. Ya, mungkin saya pernah mengalaminya.
“Sinta, kamu itu bagus lho di fiksi sejarah,” saran beberapa teman dan editor.
Tengok sana, tengok sini. Lho kok, penulis motivasi royaltinya gede, ya? Lho kok, yang sekarang diminati adalah tulisan travelling, ya? Lho…
Akhirnya, kita pun ikut terbawa-bawa menulis hal-hal yang mungkin tidak sesuai kapasitas kita. Memang, saran mas Ali Muakhir, penulis butuh Wisata Karya. Bahwa ia akan bosan terus menerus menulis tema fiksi sejarah. Tapi hendaknya menulis bukan karena sekedar ingin loncat sana dan sini, tanpa punya prinsip apapun. Seharusnya seorang penulis punya spesialisasi sehingga ia akan memiliki brand image khusus, dalam istilah ekonomi pasar celah. Mungkin tidak berlimpah royalti, tapi bila kita memilih spesialisasi, akan dicari penggemar fanatik. Jadi tsabat / teguh ini biasanya dibutuhkan saat bertemu musuh.
Silakan ke toko buku. Buuaanyakkk sekali musuh di sana. Penerbit A, B, C, P, Q, R. Penulis h,i,j,k,l,m,n. Belum lagi penulis dari luar macam Stephanie Meyer, JK Rowling, dll. Ada penulis senior yang terus menerus menerbitkan buku. Ada penulis yunior yang bagus-bagus pula karyanya. Ada penulis anak-anak. Dan…covernya cantik-cantik! Belum lagi penulis yang lebih professional,packagingnya bagus banget, ada tim manajernya, diundang kesana kemari bedah buku. Alamak! Daku gak kuat menghadapi musuh sebanyak itu!
Itulah makna tsabat/teguh. Bahwa kaki kita harus tetap di tempat meski rasa gentar menyerang.
Memang, kenapa sih kita menulis? Karena ingin berbagi satu hikmah kepada orang lain. Selalu terngiang ucapan pak Maman S. Mahayana. Penulis itu orang yang luarbiasa bijak; sebab ia telah melampaui prosesi membaca. Ia menelaah, mengkaji, merenungkan, menafsirkan ulang dengan kebijaksanaannya sendiri dan dengan pengalaman hidup yang telah dijalani, ia menuliskan dengan kekuatannya sendiri. Dengan kekuatan dahsyat seperti itu, seharusnya penulis memang harus memancangkan kaki tetap di tempat pertempuran.
Ada 100 judul buku baru terbit setiap bulan. Ada puluhan penerbit baru yang muncul. Ada penulis-penulis muda yang harus diperhitungkan. Tapi kita tak akan mundur sebagai penulis, sebab tsabat atau teguh baru langkah awal  menuju medan peperangan yang besar.
Lalu yang berikutnya adalah dzikir, sebab sabar dan dzikir memiliki korelasi. Semakin banyak dan khusyuk dzikir, insyaAllah semakin kuat menanggung beban. Sabar itu bukan nerimo loh, diapa-apain juga mau. Ditipu, sabar. Diinjak, sabar. Ditinggal, sabar. Kalah, sabar. Sabar adalah terus maju dengan menanggung beban yang semakin besar sesuai dengan kapasitas dan tahapan langkah yang dijalani. Dzikir adalah salah satu penguat sabar.
Tahukah kita, bahwa semua materi di alam semesta ini memiliki energi? Punya gelombang elektromagnetik? Bunga-bunga punya energi. Batu punya energi. Matahari punya energi. Badan kita punya energi. Atom punya energi. Dan… Kertas punya energi. Tinta punya energi.
Dzikir bukan hanya membuat pelakunya sabar untuk terus maju, menanggung beban yang semakin besar; tetapi juga merasuk menjadi energi ke tulisan-tulisan yang kita buat. Ucapkan Basmallah, sholawat, asmaul husna saat menulis. Buka dengan dhuha atau tahajjud. Perindah dengan baca Quran.

Selasa, 18 November 2014

Penghargaan Prasidatama 2014 Untuk Sekjen FLP

Belum lama ini, Keluarga besar Forum Lingkar Pena turut bangga dan berbahagia. Pasalnya, pada 3 November 2014 salah satu anggotanya mendapat penghargaan Prasidatama 2014 dari Balai Bahasa Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Penghargaan itu diberikan kepada Afifah Afra (Yeni Mulati), yang saat ini menjabat sebagai Sekjen Badan Pengurus Pusat (BPP) Forum Lingkar Pena. Kategori Tokoh Sastra Indonesia di Jawa Tengah, dinilai layak diberikan kepada penulis berusia 35 tahun itu, karena dedikasikasinya dalam mengembangkan kegiatan sastra Indonesia di Provinsi Jawa Tengah. Sebelum menjadi Sekjen BPP FLP, Afifah Afra pernah menjabat sebagai Ketua FLP Wilayah Jawa Tengah.
Selain kepada Afifah Afra, Prasidatama 2014 juga diberikan kepada 14 tokoh-tokoh lain, di antaranya Ahmad Tohari (sastrawan), Dorothea Rosa Herliany (sastrawan), Bambang Sadono (anggota DPD RI), Mardianto (mantan Gubernur Jawa Tengah), Amir Machmud N.S. (Pimred Suara Merdeka), Prof. Like Wilardjo (Rektor UKSW), Prof Gunarto (Rektor Unissula), dan sebagainya.
Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah, Pardi Suratno mengatakan, kata Prasidatama berasal dari kata bahasa Jawa kuno yang artinya lebih baik atau semakin baik. Beliau juga menyampaikan, tim telah melakukan seleksi ketat terhadap semua nominasi yang dinilai layak menerima anugerah. Diharapkan, penerima penghargaan dapat terus berkarya semakin baik dan karya mereka mampu memberi pencerahan, pemikiran sehingga memiliki manfaat bagi pembangunan Jawa Tengah secara komprehensif.
“Berbekal semangat untuk memberi penghargaan kepada putra terbaik Jawa Tengah, semoga hal ini dapat menginspirasi kita semua untuk berbuat lebih baik,” kata beliau saat memberikan pidato pengantar pemberian Penghargaan Prasidatama 2014 di Gedung Bundar FBS Universitas Negeri Semarang, 3 November 2014 kemarin. Hadir dalam acara tersebut gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, yang juga didaulat untuk memberikan penghargaan tersebut. Semoga penghargaan tersebut memicu semangat sekalian anggota Forum Lingkar Pena sedunia.
Sumber : http://flp.or.id/index.php/2014/11/16/prasidatama-2014-untuk-sekjen-flp/

Minggu, 16 November 2014

Kiat Praktis Untuk Jadi Penulis dari Helvy Tiana Rosa

Banyak orang berkata: “Saya ingin jadi penulis! Sumpah!” Tetapi mereka malas membaca, malas untuk mulai menulis. Sampai kapan pun mereka tak akan jadi penulis. Padahal menulis adalah salah satu bentuk komunikasi dan refleksi kecendekiaan seseorang yang dibutuhkan dalam perkembangan orang itu sendiri dan masyarakatnya. Menurut James Peannebaker, menulis bisa menjadi terapi diri atau bahasa awamnya: menghilangkan stress! Dan menurut Abdurahman Faiz, menulis bisa membuatmu menolong orang lain!


Lantas adakah kiat praktis untuk menjadi penulis? Tentu saja ada!


1: Suka membaca

Membaca dan menulis mempunyai kaitan yang erat sekali. Untuk bisa menulis dibutuhkan wawasan yang memadai. Wawasan kita akan berkembang terutama bila kita banyak membaca. Muhammad Iqbal pernah menganjurkan kepada pemuda-pemudi Pakistan, agar dalam seminggu minimal mereka membaca lima buku. Bukan hanya membaca buku yang mereka minati atau sesuai dengan bidang yang mereka tekuni, tetapi juga membaca buku lain--- di luar minat dan bidang mereka. Ini belum termasuk koran dan majalah lho! Tak ada ruginya pula menyempatkan waktu membaca karya para pengarang ternama serta mempelajari apa kelebihan buku ciptaan mereka.

O ya, membaca yang saya maksud di sini juga berarti membaca apa saja, bukan terbatas pada buku. Bacalah diri, lingkungan, masyarakat, semesta, ini akan sangat membantu anda menjadi penulis yang peka.

2: Mencintai bahasa

Kita tak akan bisa lepas dari bahasa sepanjang hari, selama hidup kita. Bukan itu saja, kerap kali kadar intelektual seseorang diukur pula dari cara ia menggunakan bahasa. Jadi mengapa kita tak mencoba untuk senantiasa mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik? Bahkan tahukah anda, ternyata menyenangkan juga membuka-buka KUBI (kamus Umum Bahasa Indonesia). Di sana masih banyak kata yang jarang digunakan, padahal cukup indah dan bisa kita pakai untuk tulisan kita.

3: Menulis catatan harian

Mempunyai catatan harian dan menuliskan apa yang kita pikirkan, kita rasakan atau kita alami setiap hari di dalamnya menjadi latihan yang efektif bagi mereka yang ingin menjadi penulis. Bukan itu saja, siapa tahu kelak anda menjadi orang terkenal dan catatan harian anda dibukukan seperti Anne Frank! Sekarang bahkan anda bisa menulis catatan harian anda di blog, multiply, dan website pribadi anda. Mengapa tak memulainya? 

4: Korespondensi

Sama dengan catatan harian, korespondensi juga menjadi latihan yang baik dan efektif. Kita akan terbiasa bercerita atau menuliskan gagasan yang mungkin akan didukung atau dibantah oleh ‘sahabat pena’ kita. Mau tidak mau hal tersebut membuat kita terpacu untuk lebih meningkatkan wawasan agar nyambung dengannya. Nah kalau merasa menulis surat via pos sekarang sudah tidak masanya, kita tetap bisa mengembangkan korespondensi ini melalui surat elektronik (e-mail). O ya, satu hal. Dulu saya selalu bertanya-tanya, mengapa Kartini begitu berarti bagi negeri ini, hingga hari kelahirannya diperingati setiap 21 April? Apa yang membuat dia lebih istimewa dari Dewi Sartika, Cut Nyak Dhien, Cut Meutia, Rasuna Said atau Christina Martha Tiahahu? Apakah karena peran Kartini bagi pendidikan dan kebangkitan perempuan Indonesia? Saya kok ragu. Nama-nama yang saya sebut barusan juga tak kalah hebat. Lalu apa dong sebabnya? Baru kemudian saya tahu: salah satunya pasti karena Kartini menuliskan pikiran dan perjuangannya! Sedang pahlawan perempuan yang saya kagumi dan sebut namanya tadi, tidak. Meski hanya bermaksud korespondensi, akhirnya surat-surat Kartini bisa terbit dalam bentuk buku...

5: Latihan deskripsi dan imajinasi

Cobalah deskripsikan kamar Anda secara detil melalui tulisan. Mudahkah? Latihlah terus kemahiran itu dengan mencoba “melukiskan” ruangan, alam terbuka, orang, benda-benda sekitar dan lain sebagainya. Lalu kembangkan imajinasi Anda. Saat di pagi hari anda melihat seorang nenek tua menatap anda dari balik jendela rumahnya, anda bisa mulai bertanya-tanya dan menerka banyak kemungkinan. Siapa dia? Apa yang dia inginkan dari anda? Bahagiakah hidupnya? Apa ia punya rahasia masa lalu yang tragis? Kalau anda tulis, pertanyaan-pertanyaan itu akan menjelma jalinan cerpen atau novel deh! 

6: Hobi meneliti dan berdiskusi

Menulis bukan melulu persoalan ketrampilan berbahasa. Tulisan bisa menjadi lebih berkualitas dengan penelitian. Penelitian sering membuat tulisan kita lebih ‘kaya,’ unik dan cerdas. Begitu pula dengan diskusi. Seringkali kita temukan hal-hal baru usai kita berdiskusi dengan seseorang. Kita pun bisa berlatih untuk mencoba menuliskan kembali apa saja yang kita diskusikan dengan teman kita, misalnya. Dan tiba-tiba, seperti habis membaca banyak buku, kita akan merasa semakin ‘kaya.’ 


7. Publikasikan karya Anda!

Banyak orang merasa malu dan ragu mempublikasikan karya mereka di media massa dengan alasan baru pemula atau takut karyanya dikritik sebagai karya yang tak bermutu. Akhirnya karya-karya tersebut hanya ditumpuk dalam laci atau disimpan dalam folder entah sampai kapan. Cobalah untuk lebih pede mengirimkannya, tapi tetap dengan mental yang siap bila karya itu tak dimuat. Kadang kita selalu merasa karya yang kita tulis itu buruk, amit-amit lah pokoknya. Tapi bisa jadi pembaca justru merasa sebaliknya. Boleh juga kita minta beberapa teman dekat yang senang mengapresiasi untuk membaca karya tersebut sebelum kita kirimkan--- kalau memang belum terlalu pede untuk langsung mengirimkan setelah kita menuliskannya. Nah agar bisa cepat menerbitkan buku, salah satu caranya adalah dengan meminta semacam kata pengantar dari penulis atau pengamat sastra terkemuka, misalnya. Atau paling tidak meminta semacam endorsmen (komentar di belakang buku). Penerbit yang kita tuju pun menjadi lebih yakin pada kita...

Demikian beberapa kiat yang perlu kita coba untuk bisa menjadi penulis yang baik. Tak perlu terlalu resah dengan kata ‘bakat’. Bila anda merasa tak berbakat, anda tetap bisa menjadi penulis hebat, asal punya tekad dan terus latihan. Mochtar Lubis bilang, hanya diperlukan 10% bakat dan 90 % tekad serta latihan untuk menjadi penulis yang sukses. Jadi, selamat menulis ya!


(Helvy Tiana Rosa) 

Rabu, 12 November 2014

Festival Sastra Migran Indonesia IV

Sumber foto : flp.or.id
CAUSEWAYBAY. Dalam rangka menggali potensi para migran Indonesia di bidang sastra, seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun ini Forum Lingkar Pena Hong Kong mengadakan Festival Sastra Migran Indonesia IV pada hari Minggu, 19 Oktober 2014 di Ramayana Hall, Gedung KJRI Hong Kong. Acara dimulai jam 11.00 – 16.00. Dibuka secara resmi oleh Konjen RI di Hong Kong, Chalief Akbar.
Acara utama adalah “Konser Penulis” yang dimeriahkan dengan kegiatan menulis serentak selama 3 menit. Perwakilan dari KJRI Hong Kong, perusahaan sponsor, perwakilan dari FLP Hong Kong menulis di depan paraaudience dengan menggunakan laptop. Begitu pula dengan peserta yang hadir, mereka turut serta menulis di kertas yang sudah disediakan panitia. Semuanya menulis dalam bingkai tema “Terapi Hati”.
FSMI ini merupakan kegiatan tahunan FLP Hong Kong yang diadakan sejak tahun 2010. Ada pun tujuan FSMI adalah :
  • Menggali potensi para migran Indonesia khususnya di bidang sastra dan kepenulisan.
  • Memupuk rasa percaya diri dan kesadaran bahwa migran Indonesia mampu menjadi subjek acara yang bersifat hiburan edukasi.
  • Membudayakan cinta sastra dan budaya Tanah Air.
  • Memupuk minat baca tulis khususnya di kalangan BMI (buruh migran Indonesia) di Hong Kong.
  • Mengarahkan kegiatan berkelanjutan yang bermanfaat bagi para migran Indonesia di Hong Kong khususnya.
  • Memperkenalkan aktivitas BMI di bidang budaya, sastra dan kepenulisan kepada masyarakat Hong Kong dan Indonesia.
Hadir sebagai bintang tamu pada acara ini, ketua umum Forum Lingkar Pena (FLP), Sinta Yudisia. Ketua umum FLP yang juga psikolog ini menjadi narasumber “Konseling Hati”.
Acara yang padat selama satu hari tak membuat bosan para peserta. Karena banyaknya aktifitas menarik yang mereka tunggu-tunggu. Di dalam acara, FLP Hong Kong mengumumkan para pemenang lomba cerpen, opini dan puisi. Sepuluh finalis lomba puisi unjuk gigi membacakan puisi untuk dinilai oleh para dewan juri. Ada juga penampilan drama dari para anggota FLP serta hiburan dari para BMI Hong Kong baik atas nama pribadi maupun organisasi. Selain itu, acara ini juga bertabur doorprize.
FSMI IV juga dimeriahkan berbagai karya dari anggota FLP Sedunia, yakni Indonesia, Mesir, Pakistan, Kanada, Yaman, Hadramaut, Malaysia, Turki, dan kumpulan kisah inspirasi dari FLP Hong Kong “Miracle of Life”.
Festival Sastra Migran Indonesia IV ini didukung oleh KJRI Hong Kong, BRI Remittance Hong Kong, kartu sim Hemat CSL, tabloid ApakabarPlus, koran Berita Indonesia, majalah Uchty dan majalah CahayaQu.
Sumber : http://flp.or.id/index.php/2014/11/13/flp-hong-kong-gelar-festival-sastra-migran-indonesia-iv/