Selasa, 15 Januari 2013

Perjuangan di Balik Jilbabku

Menggunakan jilbab dan menutup aurat bukanlah suatu hal yang pernah terbayangkan sebelumnya pada diriku. Aku merasa belum pantas untuk menggunakannya karena aku masih muda, masih penuh dosa, tidak paham tentang islam yang sesungguhnya, dan aku takut teman-temanku akan menjauh setelah aku menggunakan kain itu untuk menutupi kepala, rambut indahku dan seluruh tubuhku. Hal itu membuat diriku benar-benar tidak pernah membayangkan bahwa aku akan menggunakan jilbab dan menutup auratku sepenuhnya.
Suatu hari kakakku mengajakku untuk bergabung di sebuah organisasi remaja masjid. Saat itu aku masih duduk dibangku kelas XI sebuah Sekolah Negeri di Denpasar. Awalnya ya aku akui itu hanya untuk mengisi waktu luangku saja. Seiring waktu berjalan aku mulai sering bertemu teman-teman baru disana dan mulai terbiasa berorganisasi walau disekolah aku juga tergabung dalam suatu organisasi. Semua berjalan sangat baik dan aku mulai sibuk dengan padatnya kegiatan-kegiatan dalam remaja masjid tersebut sampai hampir setiap malam aku jarang berada di rumah. Semua berjalan sangat menarik dan secara tak sadar aku jadi sering menggunakan jilbab untuk ke masjid dan beberapa acara-acara tertentu. Dan ternyata menggunakan jilbab itu tidak seburuk dan semenakutkan seperti apa yang aku fikirkan dulu, Malah orang-orang lebih sungkan, sopan dan sangat menghormati aku semenjak aku menggunakan jilbab. Lain halnya saat dulu aku belum menggunakan jilbab. Sungguh luar biasa keistimewaan menggunakan jilbab dan menutup aurat ini. Kini aku mulai terbiasa dan yakin untuk menggunakan jilbab dan menutup auratku sepenuhnya.
Namun kisah menutup aurat dan menggunakan jilbabku tidak habis sampai disini saja. Ternyata perjuangan ini baru dimulai setelah aku berkomitmen untuk menggunakan jilbab dan menutup auratku. Semua terasa berat ketika aku bertemu dengan orang-orang yang terbiasa melihatku tidak berjilbab dan mendengarkan kata-kata mereka yang cukup menyinggung perasaanku. Contoh kalimat:
“eh, sejak kapan lu pake jilbab?? Dah dapat hidayah lu?? Alim banget!! Dah kayak Mamah dedeh aja!!”
“eh,, ada ibu ustadzah, mau pengajian dimana bu?? ( dan mereka tertawa meremehkan )

Awalnya aku sangat tersinggung dengan ucapan-ucapan mereka yang terkadang lebih menyakitkan dari contoh-contoh kalimat diatas. Tapi aku mencoba untuk sabar dan tetap beristiqomah setelah aku mengingat sebuah hadist yang menyebutkan “Lebih baik diam dari pada berbicara yang tidak ada gunanya”. Selain itu ada juga sahabatku yang tidak suka dengan penampilanku sekarang memilih untuk menjauhi aku, dan tidak mau berteman dengan aku lagi. Sedih rasanya, dan niatku untuk berjilbab disitu sempat tergoyahkan. Tapi ALLAH SWT memang tidak pernah tidur dan Maha Melihat, Beliau selalu memberikan jalan untuk hambanya yang mau bertobat. Beliau mempertemukanku dengan seorang Ibu-Ibu muda yang selalu memberikan aku motivasi-motivasi dalam setiap masalah yang aku hadapi. Yang selalu menguatkanku, membimbingku dengan ilmu-ilmu agama yang dia miliki untuk tetap berada di jalan ALLAH SWT.
Singkat cerita beberapa bulan setelah kejadian-kejadian yang tidak mengenakkan tersebut terjadi, aku bertemu kembali dengan orang-orang dan sahabatku yang dulu menjauhi dan meremehkan aku. Aku menemui mereka dengan perasaan tenang, santai dan tetap menjaga aurat, lisan dan pikiranku. Dan tentunya aku telah mempersiapkan diriku untuk mendengar kata-kata yang kurang berkenan dari mereka berikut dengan jawabannya yaitu sebuah senyuman ikhlas. Tapi, Subhanallah sikap apa yang mereka tunjukkan saat itu padaku sangat membuat aku terkejut dan bahagia. Mereka sangat menerima kehadiranku, bahkan mereka memujiku dengan kalimat-kalimat yang indah. Begitu juga dengan sahabatku yang dulu menjauhiku karena penampilanku, dia datang menemuiku ke rumah dengan penuh senyuman dan dia memintaku untuk kembali menjadi sahabatnya. Sempat aku mengatakan padanya bahwa kini aku berjilbab dan tidak akan berpenampilan seperti dulu lagi dan dia menjawab bahwa itu tidak akan menjadi masalah untuk sebuah persahabatan yang sudah kita bangun sejak masih duduk di bangku TK.
Subhanallah ALLAH  SWT Maha Melihat, Maha Mendengar, Maha Mengetahui, Maha Segalanya.

ditulis oleh: Yunita Dahniar (FLP denpasar)

1 komentar: